Rabu, 02 April 2014

Subnetting


Pengertian Subnetting 
Subnetting merupakan suatu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telahanda miliki. Contoh kasus diperiukannya subnetting: Sebuah perusahaan memperoleh IP address network kelas C 192.168.0.0. 
Dengan IP network tersebut maka akan didapatkan sebanyak 254 (28-2) alamat IP address yang dapat kita pasang pada komputer yang terkoneksi ke jaringan.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan dengan jumlah komputer lebih dari 254 tersebut. Tentu tidak mungkin jika anda harus menempatkan komputer sebanyak itu dalam satu lokasi. Jika anda hanya menggunakan 30 komputer dalam satu kantor, maka ada 224 IP address yang tidak akan terpakai. Untuk mensiasati jumlah IP address yang tidak terpakai tersebut dengan jalan membagi IP network menjadi beberapa network yang lebih kecil yang disebut subnet.
Rumus untuk menghitung jumlah subnet adalah: 2n -2 n adalah jumlah bit yang diselubungi
Rumus untuk menghitung jumlah host per subnet = 2N – 2 N adalah jumlah bit yang masih tersisa untuk host ID. Terdapat dua macam subnetting: subnetting statis dan variable subneting. Subnetting statis, adalah subnetting di mana semua subnet dalam jaringan menggunakan subnet mask yang sama. IP lokal dan RIP routing versi 1 hanya menyokong subnetting statis. Variable length subnetting memperbolehkan penggunaan subnet mask yang berbeda oleh subnet-subnet dalam jaringan. Sebuah subnet kecil dengan hanya sedikit host membutuhkan sebuah subnet mask yang mengakomodasi subnet-subnet ini saja. Sebuah subnet dengan banyak host mungkin membutuhkan sebuah subnet mask yang berbeda untuk mengakomodasi host-hostnya. Variable length subnetting mengizinkan kita untuk membagi jaringan sehingga memungkinkan untuk menetapkan host yang mencukupi untuk setiap subnet dengan mengubah subnet mask untuk tiap jaringan. RIP versi 2 menyokong variable length subnetting dan begitu juga subnetting statis. RIP versi 1 hanya menyokong kapasitas kelas standar.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan alamat 195.34.136.0 perlu membagi interval alamat menjadi lima jaringan terpisah. Harus terdapat 254 host pada tiga subnet dan 126 host pada dua subnet. Hal ini tidak dapat dilakukan menggunakan subnetting statis karena subnetting statis hanya dapat membagi jaringan menjadi empat subnet dengan masing-masing 254 host atau delapan subnet dengan masing-masing 126 host. Untuk membagi alamat menjadi lima subnet, kita harus menggunakan sejumlah netmask. Empat subnet pertama menggunakan mask 255.255.255.0 dan memiliki 254 host pada masing-masing mask. Subnet pertama kemudian dapat dibagi menjadi dua subnet dengan masing-masing 126 host dan sebuah subnet mask 255.255.255.128. Kemudian akan terdapat tiga subnet dengan masing-masing 254 host dan dua subnet dengan masing-masing 126 host.. 
Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatas oleh kelas-kelas IP (IP Classes) A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan subnetting, anda bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis sesuai kebutuhan.
Mengapa harus melakukan subnetting? Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
  • Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
  • Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255

Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.

Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18. Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0). Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25. Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128). Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0). Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255

Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. 
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
JENIS-JENIS SUBNETTING 
Kali ini kita akan membahas mengenai jenis-jenis subnetting. Subnetting terbagi 2 metode yaitu :
  1. Classless Inter-Domain Routing (CIDR) 
  2. Variable Length Subnet Mask (VLSM) 
Contoh soal di atas merupakan salah satu contoh sederhana dari subnetting CIDR. Berikut penjelasan singkat mengenai CIDR dan VLSM.

CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
Metode ini digunakan ketika sebuah jaringan komputer akan dibagi menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang sama rata. Misalnya sebuah perusahaan yang memiliki komputer sebanyak 100 unit yang akan dihubungkan atau dikoneksikan dan dibagi sama rata menjadi 5 ruangan yang masing-masing 20 komputer. Contoh tersebut menjelaskan bahwa setiap subnet memiliki jumlah host yang sama rata.
Contoh :
Sebuah instansi menggunakan main IP 222.168.0.0/24 akan dibagi menjadi 4 subnet. Hitung alokasi IP masing-masing subnet!
Maka :
256 : 4 = 64 host; dimana 256 merupakan jumlah total 8-bit bilangan biner yang dikonversikan ke bilangan decimal, dan 4 adalah jumlah subnet yang akan dibentuk.
Blok subnet = 0, 64, 128, dan 192
64 host = 26
6-bit logic 0, sehingga ada 26-bit logic 1. Maka prefix dari subnettingnya adalah /26.
Berikut adalah alokasi subnetting-nya :

222.168.0.0/26
s/d
222.168.0.63/26
222.168.0.64/26
s/d
222.168.0.127/26
222.168.0.128/26
s/d
222.168.0.191/26
222.168.0.192/26
s/d
222.168.0.255/26

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa metode CIDR mengalokasikan IP address di setiap subnet sebanyak 64 host.

VLSM (Variable Length Subnet Mask)
Metode ini digunakan ketika sebuah jaringan komputer akan dibagi menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing subnet. Misalnya sebuah perusahaan akan membangun jaringan komputer yang akan dibagi menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 110 host, 12 host, dan 61 host. Berdasarkan ilustrasi tersebut digambarkan bahwa setiap subnet memiliki jumlah host yang tidak sama, sesuai kebutuhan masing-masing subnet.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung subnetting dengan VLSM yaitu :
  1. Tentukan identitas/range network awal.
  2. Tentukan range network setiap subnet, dengan cara menentukan masking setiap subnet menggunakan 2n.
  3. Urutkan prioritas pemberian alokasi alamat IP dari subnet yang range-nya lebih besar.
Contoh :
Tentukan alokasi 4 subnet dari IP 222.168.0.0/24 dengan kebutuhan masing-masing subnet 5 host, 15 host, 25 host, dan 35 host!
Pertama, tentukan range address awal :
222.168.0.0 s/d 222.168.0.255
Kedua, tentukan range network setiap subnet :
Subnet 1 --- 5 PC + 2 = 7, ambil pendekatan 8 = 23 (/29)
Subnet 2 --- 15 PC + 2 = 17, ambil pendekatan 32 = 25 (/27)
Subnet 3 --- 25 PC + 2 = 27, ambil pendekatan 32 = 25 (/27)
Subnet 4 --- 35 PC + 2 = 37, ambil pendekatan 64 = 26 (/26)
Ketiga, urutkan range network :
4 - 3 - 2 - 1
Terakhir, bentuk subnetting-nya :

Subnet 4
222.168.0.0/26
s/d
222.168.0.63/26
Subnet 3
222.168.0.64/27
s/d
222.168.0.95/27
Subnet 2
222.168.0.96/27
s/d
222.168.0.127/27
Subnet 1
222.168.0.128/29
s/d
222.168.0.135/29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar